Mandiri

Bagian ini akan mengulas sedikit tentang pandangan mengenai makna mandiri.

Suatu ketika pernah mendengar orang berbicara bahwa tidak menyusahkan orang lain dengan menjadi beban mereka. Kemudian adapula orang yang mengatakan bahwa mereka merupakan orang yang bukan penikmat harta orang tua.

tulisan ini ingin menekankan bahwa: setiap kondisi kita berbeda. jangan sesekali menganggap bahwa orang yang menikmati harta orang tua adalah anak yang rendah karena tidak bisa mandiri. lalu, jangan pula menganggap orang yang bisa berusaha mandiri dan tidak mengandalkan harta orang tua sebagai orang yang berhasil dan istimewa. Ingat ya, kamu belum tau bagaimana dibalik semua yang mereka alami. Bisajadi yang terlihat mudah bagimu mengatakan seperti itu,tetapi dia mengalami kesulitan lebih atau berada pada kondisi dan situasi yang kamu tidak pernah tau.

Pertama, orang yang dikatakan berhasil dan ia mandiri tidak mengandalkan harta orang tuanya kemudian menekankan kalimat tersebut kepada saudara-saudaranya. Tidak mau menjadi beban dan menyusahkan orang lain. Tetapi dalam sisi lain, dia tidak tau bagaimana kondisi saudaranya itu. Mereka selalu mengagungkan membuat orang tua bangga dan menyembunyikan kesulitan yang nereka alami. Bagus memang, tapi seperti berusaha tidak jujur. Orang tua juga demikian, ia terlalu senang dan bangga karena anak-anaknya bisa mandiri, sehingga seperti seolah lepas tangan. Sampi suatu ketika, ketika ada salah seorang anaknya dalam kondisi terpuruk mengalami kesulitan, ia sungkan untuk bercerita, kepada saudaranya, kepada orangtuanya. Alih-alih mendapat bantuan, tapi jangan berharap. Sudah lepas tangan. Akhirnya seorang anaknya itu justeru berlari ke tempat lain, ke orang lain yang bersedia membantunya. Sanak saudara dan orang tuanya? apa tahu? yang nereka tahu, saudaranya itu baik-baik saja. Miris. Miris sekali.
Lalu, saudara-saudaranya mengatakan untuk tidak mengeluh, tetapi dalan beberapa kesempatan, mereka justeru saling menceritakan apa yang mereka alami, seolah-olah hidup mereka yang paling kesusahan. Miris sekali. Kadang kalimatnya tidak sesuai dengan keadaan yang ada. Tolong berusahalah jujur.

Lalu, suatu ketika, saat salah satu saudaranya melakukan kesalahan. Saudara lainnya menutupi kesalahan tersebut seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Katanya, sebagai bentuk kedewasaan. Apakah seperti itu kedewasaan? Engkau ingin orang lain supaya belajar dewasa. Tetapi engkau sendiri yang justeru mengingkarinya. Bagaimana bisa akan menjadi dewasa, jika sudah melakukan kesalahan saja masih dibantu untuk ditutup-tutupi??? Toling berusahalah jujur (2)

Suatu ketika ia mengatakan bahwa bukan penikmat harta orang tua.
Bersyukurlah ketika orang tua masih bersedia dan mampu menolong. Catat ya: menikmati harta orang tua bukan berarti tidak bisa mandiri. Ada banyak diluar sana, orang tua mendukung anaknya tidak hanya sebagai penyedia semangat, motivasi tetapi juga menunjang dalam hal materi. Sekarang tinggal bagaimana pada anaknya. Apakah menjadi tamak dan hilaf sebingga tidak mau berusaha mandiri, atau menggunakan dukungan yang diberikan untuk berkembang menjadi lebih baik.

Tidak selamanya keduanya itu buruk. Jadi jangan menilai bahwa yang mandiri tanpa harta orang tuatua selalu lebih mulia. Tidak ada orang tua yang tidak mendukung anak-anaknya untuk berkembangn.
Tetapi, apabila terlalu banyak yang ditutupi dan banyak ketidakjujuran, itu malah membuat hati mereka lebih hancur. Orang tua memiliki firasat yang lebih kuat terhadap anak-anak nya.
Bisa mandiri tanpa harta orang tua tetapi malah menjadi tertutup dan malah menjadi beban orang lain selain sanak saudara dan orang tua, apakah ini lebih mulia ???

sekali lagi, jangan menjadi sombong dan tinggi hati. Segala sesuatunya sudah diatur sedemikian rupa dengan sebaik-baiknya.

Komentar